iklan 336x280
iklan link responsive
iklan 336x280
iklan link responsive
Baca Juga
Ini adalah sebuah kisah nyata yang dapat menjadi pelajaran bagi banyak orang. Terutama para orangtua yang menikah untuk kali kedua.
Selama ini, ibu tiri dikenal sebagai sosok menyeramkan karena sikap dan perilakunya yang kasar.
Ternyata, penilaian seperti ini tidaklah salah!
Buktinya kisah yang datang dari keluarga di China ini yang dihimpun dari TribunSumsel.com.
Lin Jing-Yun, adalah seorang anak perempuan kecil berusia 5 tahun, yang menghabiskan masa hidupnya tanpa kasih sayang sedikit pun semenjak ditinggal pergi oleh sang ibu.
Ibu Jing-Yun telah meninggal pada saat melahirkannya.
Karena tidak ada yang bisa merawatnya, Jing-Yun pun diantarkan oleh ayahnya ke rumah neneknya.
Ayahnya sendiri selalu bekerja di luar kota dan jarang pulang ke rumah.
Namun, di saat usia Jing-Yun menginjak 4 tahun, dia kembali dibuat kehilangan.
Nenek tercintanya yang telah membesarkannya harus menutup usia karena sakit.
Lagi, permasalahan tidak ada yang mengasuh Jing-Yun membuat ayahnya terpaksa membawa seorang wanita berusia 30an ke rumahnya, menjadi ibu tiri Jing-Yun.
Tanpa disangka, kehadiran ibu tirinya itu menjadi penderitaan baginya.
Dalam sehari-hari, Jing-Yun disiksa, dipukuli hingga badannya penuh dengan luka-luka memar.
Dia bahkan dijadikan sebagai pembantu di rumah.
Selama ini, ibu tiri dikenal sebagai sosok menyeramkan karena sikap dan perilakunya yang kasar.
Ternyata, penilaian seperti ini tidaklah salah!
Buktinya kisah yang datang dari keluarga di China ini yang dihimpun dari TribunSumsel.com.
Lin Jing-Yun, adalah seorang anak perempuan kecil berusia 5 tahun, yang menghabiskan masa hidupnya tanpa kasih sayang sedikit pun semenjak ditinggal pergi oleh sang ibu.
Ibu Jing-Yun telah meninggal pada saat melahirkannya.
Karena tidak ada yang bisa merawatnya, Jing-Yun pun diantarkan oleh ayahnya ke rumah neneknya.
Ayahnya sendiri selalu bekerja di luar kota dan jarang pulang ke rumah.
Namun, di saat usia Jing-Yun menginjak 4 tahun, dia kembali dibuat kehilangan.
Nenek tercintanya yang telah membesarkannya harus menutup usia karena sakit.
Lagi, permasalahan tidak ada yang mengasuh Jing-Yun membuat ayahnya terpaksa membawa seorang wanita berusia 30an ke rumahnya, menjadi ibu tiri Jing-Yun.
Tanpa disangka, kehadiran ibu tirinya itu menjadi penderitaan baginya.
Dalam sehari-hari, Jing-Yun disiksa, dipukuli hingga badannya penuh dengan luka-luka memar.
Dia bahkan dijadikan sebagai pembantu di rumah.
Tak cukup sampai di situ, Jing-Yun pun bahkan harus tidur di sebuah tempat kecil yang tidak ada penerangan sama sekali.
Bagi Jing-Yun, makanan adalah sesuatu mustahil yang bisa ia dapatkan.
Hingga suatu ketika, ibu tirinya itu mendapat kabar bahagia.
Si ibu tiri hamil.
Kabar bahagia ini ternyata membuat hidup Jing-Yun semakin tersiksa.
Ia sudah tak lagi pernah diperdulikan, bahkan oleh ayahnya sendiri.
Hari demi hari, Jing-Yun semakin menderita tanpa ada seorang pun yang tahu akan keadaannya.
Sampai suatu hari, Jing-Yun berbuat nekat untuk mengakhiri hidupnya.
Ketika dia ditemukan, tangannya sudah memutih ditutupi dengan darah yang mengucur.
Semua orang kaget, kabar bahagia yang tadinya menghiasi keluarga itu secara mendadak berubah menjadi kabar memilukan.
Hal ini membuat sang ayah menyesal seumur hidup.
“Maafkan papa… Maafkan papa…” itulah kata-kata yang keluar dari bibir ayah Jing-Yun.
Tanpa disangka, ibu tiri yang juga ikut kaget melihat kondisi mengenaskan Jing-Yun tiba-tiba melahirkan di tempat.
Yang lebih mengejutkannya lagi, bayi yang baru dilahirkan itu memiliki tanda lahir sama persis yang dimiliki Jing-Yun.
Melihat hal tersebut, si ibu tiri langsung pingsan.
Pasca kejadian itu, ibu tiri Jing-Yun selalu mengucapkan kata “Maaf. Maaf. Maaf” tanpa tiada hentinya.
Suami yang begitu cemas dengan kondisi si istri lantas membawanya ke dokter.
Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa istrinya telah mengalami gangguan jiwa alias gila.
Seketika itu pula, kejadian ini memberikan pelajaran banyak bagi ayah Jing-Yun. Ia merasa gagal menjadi seorang ayah. Di balik kerja kerasnya, rupanya tersimpan duka dan penderitaan putrinya selama ini yang tidak pernah ia ketahui.
Bagi Jing-Yun, makanan adalah sesuatu mustahil yang bisa ia dapatkan.
Hingga suatu ketika, ibu tirinya itu mendapat kabar bahagia.
Si ibu tiri hamil.
Kabar bahagia ini ternyata membuat hidup Jing-Yun semakin tersiksa.
Ia sudah tak lagi pernah diperdulikan, bahkan oleh ayahnya sendiri.
Hari demi hari, Jing-Yun semakin menderita tanpa ada seorang pun yang tahu akan keadaannya.
Sampai suatu hari, Jing-Yun berbuat nekat untuk mengakhiri hidupnya.
Ketika dia ditemukan, tangannya sudah memutih ditutupi dengan darah yang mengucur.
Semua orang kaget, kabar bahagia yang tadinya menghiasi keluarga itu secara mendadak berubah menjadi kabar memilukan.
Hal ini membuat sang ayah menyesal seumur hidup.
“Maafkan papa… Maafkan papa…” itulah kata-kata yang keluar dari bibir ayah Jing-Yun.
Tanpa disangka, ibu tiri yang juga ikut kaget melihat kondisi mengenaskan Jing-Yun tiba-tiba melahirkan di tempat.
Yang lebih mengejutkannya lagi, bayi yang baru dilahirkan itu memiliki tanda lahir sama persis yang dimiliki Jing-Yun.
Melihat hal tersebut, si ibu tiri langsung pingsan.
Pasca kejadian itu, ibu tiri Jing-Yun selalu mengucapkan kata “Maaf. Maaf. Maaf” tanpa tiada hentinya.
Suami yang begitu cemas dengan kondisi si istri lantas membawanya ke dokter.
Dari hasil pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa istrinya telah mengalami gangguan jiwa alias gila.
Seketika itu pula, kejadian ini memberikan pelajaran banyak bagi ayah Jing-Yun. Ia merasa gagal menjadi seorang ayah. Di balik kerja kerasnya, rupanya tersimpan duka dan penderitaan putrinya selama ini yang tidak pernah ia ketahui.
Wanita Ini Suka Siksa Anak Tirinya Hingga Tewas, Saat Melahirkan Ia Kena Karma Hingga Membuat Dirinya Sampai …
4/
5
Oleh
sams