iklan 336x280
iklan link responsive
iklan 336x280
iklan link responsive
Baca Juga
Sebagian dari Sahabat Dream mungkin tidak menyadari bahwa pedagang menggunakan banyak teknik untuk memanipulasi pikiran pelanggannya.
Para pedagang selalu menggunakan strategi pemasaran tertentu agar dagangannya laku.
Karena itu, sebagai konsumen, kamu harus jeli dan waspada dengan strategi yang mereka pasang.
Dilansir dari BrightSide.me, berikut adalah 11 manipulasi yang digunakan pedagang untuk
1. Menawarkan produk yang lebih modern
Untuk menarik pelanggan, pedagang kadang menawarkan produk yang sama namun terlihat lebih modern. Dengan sedikit perubahan pada resep atau bentuknya, produk yang sebelumnya tak laku karena terlihat terlalu sederhana menjadi laris setelahnya.
2. Memainkan trik psikologis pada menu
Cara ini biasa dilakukan oleh restoran. Mereka menyusun menu berdasarkan citra sebuah keluarga. Masakan yang dikaitkan dengan masa kecil atau buatan orang tua menjadi kunci ajaib untuk mempengaruhi pelanggan yang sudah berkeluarga.
Tidak itu saja, menu makanan yang diberi keterangan tentang nilai gizi dan segala informasi detail lainnya lebih menarik di mata pelanggan. Penggunaan warna juga ikut mempengaruhi keputusan pelanggan untuk mencoba menu yang ditawarkan.
Trik yang paling banyak digunakan adalah permainan harga. Karena pelanggan sangat sensitif terhadap harga, restoran kadang tidak mencantumkan angka 0. Tapi hanya nominal harga pada menu yang ditawarkan.
3. Menggunakan trik perbandingan harga
Jika pelanggan merasa harga sebuah barang terlalu mahal, pedagang akan mengeluarkan produk yang hampir sama namun dengan harga yang lebih mahal.
Dengan cara tersebut, pelanggan akan membuat perbandingan dengan harga barang yang pertama. Pelanggan akan menemukan bahwa barang pertama ternyata lebih murah dari yang baru dikeluarkan oleh pedagang.
4. Menciptakan legenda
Cara lainnya yang ditempuh pedagang agar dagangan laku adalah menciptakan legenda berupa iklan di televisi. Banyak sekali contoh iklan yang melegenda hingga orang-orang hafal produk tersebut hanya dengan mendengar lagu pembukanya saja.
5. Memanfaatkan sifat malas pelanggan
Pedagang memanfaatkan sifat malas pelanggan dalam hal belanja. Mereka sangat memahami keinginan pelanggan yang berpikir bahwa membeli paket dalam jumlah banyak lebih menghemat dan menguntungkan.
Sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Pelanggan sebenarnya bisa membeli dalam jumlah secukupnya jika ingin menghemat pengeluarannya.
6. Mempermainkan psikologis pelanggan
Cara ini biasanya banyak dijumpai di swalayan atau minimarket. Pelanggan sering menganggap label harga berwarna merah adalah harga diskon. Padahal tidak selalu begitu.
Ukuran troli sengaja dibuat besar agar bisa membujuk pikiran pelanggan untuk belanja lebih banyak. Penggunaan lantai yang berukuran kecil membuat troli yang kosong berbunyi keras ketika didorong.
Karena itu pelanggan berusaha berjalan pelan-pelan agar troli tak menimbulkan suara berisik. Ini akan membuat pelanggan menghabiskan waktu lebih banyak di dalam toko.
7. Di iklan tertentu model menggunakan produk lebih banyak
Mengapa di iklan permen karet model digambarkan selalu mengunyah 2 biji permen karet?
Trik tersebut untuk memunculkan anggapan bahwa cara yang benar menikmati permen karet adalah mengunyahnya sebanyak 2 biji. Trik ini juga terlihat pada produk vitamin atau jenis obat tertentu.
Sedangkan di botol shampoo produsen selalu mengingatkan bahwa pelanggan boleh keramas dua kali sehari untuk mendapatkan hasil terbaik. Trik ini akan membuat shampoo cepat habis dan pelanggan membelinya lagi.
8. Membuat produk yang mudah rusak atau hilang
Pada 1957, perusahaan perabotan rumah tangga Henckels menciptakan pengupas kentang yang sangat bagus. Orang-orang hanya perlu membelinya sekali seumur hidup. Akibatnya penjualan alat pengupas kentang itu menurun.
Lalu datang ide jenius untuk membuat alat serupa dengan sedikit perubahan pada gagangnya yang dicat mirip warna kulit kentang.
Akibatnya banyak yang tanpa sengaja membuang kulit kentang bersama dengan alat tersebut, dan penjualan pun naik lagi.
9. Menambahkan bobot pada produk
Perusahaan biasanya berusaha menambahkan bobot pada produk mereka. Contohnya, menginformasikan kepada pelanggan bahwa produk mereka direkomendasikan oleh para ahli atau institusi tertentu.
Kadang perusahaan juga mencantumkan keterangan bahwa produk mereka mengandung bahan-bahan alami meski pada kenyataannya rasionya sangat kecil sekali, mungkin 1:10.000.
10. Menaikkan harga berdasarkan jenis kelamin pelanggan
Fakta menunjukkan harga barang kebutuhan untuk perempuan 7 persen lebih mahal dibandingkan yang untuk laki-laki. Padahal selisih harga itu hanya karena beda warnanya saja.
Fenomena ini dikenal dengan nama pink tax dan karena ada pendapat bahwa perempuan adalah pelanggan yang terbaik.
Barang-barang yang masuk pink tax ini adalah shampoo, alat cukur, dan kebutuhan bayi.
11. Memanipulasi keterangan tentang produk
Pakar pemasaran sering memanipulasi istilah saat menulis deskripsi untuk produk makanan. Misalnya, keripik kentang yang sebenarnya bukan keripik kentang asli, karena kandungan kentangnya hanya 42 persen dan bentuk irisannya yang tidak wajar.
Hal yang sama berlaku untuk produk keju, terutama dalam bentuk lembaran yang dikemas terpisah. Kandungan keju sebenarnya dari produk seperti ini kurang dari 51 persen.
Karena itu produsen harus memberi label produk turunan keju, meskipun dalam huruf kecil yang ditulis di suatu tempat yang jauh dari merek yang berisi kata keju.
iklan 336x280
iklan link responsive
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Para pedagang selalu menggunakan strategi pemasaran tertentu agar dagangannya laku.
Karena itu, sebagai konsumen, kamu harus jeli dan waspada dengan strategi yang mereka pasang.
Dilansir dari BrightSide.me, berikut adalah 11 manipulasi yang digunakan pedagang untuk
memengaruhi pelanggannya.
1. Menawarkan produk yang lebih modern
Untuk menarik pelanggan, pedagang kadang menawarkan produk yang sama namun terlihat lebih modern. Dengan sedikit perubahan pada resep atau bentuknya, produk yang sebelumnya tak laku karena terlihat terlalu sederhana menjadi laris setelahnya.
2. Memainkan trik psikologis pada menu
Cara ini biasa dilakukan oleh restoran. Mereka menyusun menu berdasarkan citra sebuah keluarga. Masakan yang dikaitkan dengan masa kecil atau buatan orang tua menjadi kunci ajaib untuk mempengaruhi pelanggan yang sudah berkeluarga.
Tidak itu saja, menu makanan yang diberi keterangan tentang nilai gizi dan segala informasi detail lainnya lebih menarik di mata pelanggan. Penggunaan warna juga ikut mempengaruhi keputusan pelanggan untuk mencoba menu yang ditawarkan.
Trik yang paling banyak digunakan adalah permainan harga. Karena pelanggan sangat sensitif terhadap harga, restoran kadang tidak mencantumkan angka 0. Tapi hanya nominal harga pada menu yang ditawarkan.
3. Menggunakan trik perbandingan harga
Jika pelanggan merasa harga sebuah barang terlalu mahal, pedagang akan mengeluarkan produk yang hampir sama namun dengan harga yang lebih mahal.
Dengan cara tersebut, pelanggan akan membuat perbandingan dengan harga barang yang pertama. Pelanggan akan menemukan bahwa barang pertama ternyata lebih murah dari yang baru dikeluarkan oleh pedagang.
4. Menciptakan legenda
Cara lainnya yang ditempuh pedagang agar dagangan laku adalah menciptakan legenda berupa iklan di televisi. Banyak sekali contoh iklan yang melegenda hingga orang-orang hafal produk tersebut hanya dengan mendengar lagu pembukanya saja.
5. Memanfaatkan sifat malas pelanggan
Pedagang memanfaatkan sifat malas pelanggan dalam hal belanja. Mereka sangat memahami keinginan pelanggan yang berpikir bahwa membeli paket dalam jumlah banyak lebih menghemat dan menguntungkan.
Sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Pelanggan sebenarnya bisa membeli dalam jumlah secukupnya jika ingin menghemat pengeluarannya.
6. Mempermainkan psikologis pelanggan
Cara ini biasanya banyak dijumpai di swalayan atau minimarket. Pelanggan sering menganggap label harga berwarna merah adalah harga diskon. Padahal tidak selalu begitu.
Ukuran troli sengaja dibuat besar agar bisa membujuk pikiran pelanggan untuk belanja lebih banyak. Penggunaan lantai yang berukuran kecil membuat troli yang kosong berbunyi keras ketika didorong.
Karena itu pelanggan berusaha berjalan pelan-pelan agar troli tak menimbulkan suara berisik. Ini akan membuat pelanggan menghabiskan waktu lebih banyak di dalam toko.
7. Di iklan tertentu model menggunakan produk lebih banyak
Mengapa di iklan permen karet model digambarkan selalu mengunyah 2 biji permen karet?
Trik tersebut untuk memunculkan anggapan bahwa cara yang benar menikmati permen karet adalah mengunyahnya sebanyak 2 biji. Trik ini juga terlihat pada produk vitamin atau jenis obat tertentu.
Sedangkan di botol shampoo produsen selalu mengingatkan bahwa pelanggan boleh keramas dua kali sehari untuk mendapatkan hasil terbaik. Trik ini akan membuat shampoo cepat habis dan pelanggan membelinya lagi.
8. Membuat produk yang mudah rusak atau hilang
Pada 1957, perusahaan perabotan rumah tangga Henckels menciptakan pengupas kentang yang sangat bagus. Orang-orang hanya perlu membelinya sekali seumur hidup. Akibatnya penjualan alat pengupas kentang itu menurun.
Lalu datang ide jenius untuk membuat alat serupa dengan sedikit perubahan pada gagangnya yang dicat mirip warna kulit kentang.
Akibatnya banyak yang tanpa sengaja membuang kulit kentang bersama dengan alat tersebut, dan penjualan pun naik lagi.
9. Menambahkan bobot pada produk
Perusahaan biasanya berusaha menambahkan bobot pada produk mereka. Contohnya, menginformasikan kepada pelanggan bahwa produk mereka direkomendasikan oleh para ahli atau institusi tertentu.
Kadang perusahaan juga mencantumkan keterangan bahwa produk mereka mengandung bahan-bahan alami meski pada kenyataannya rasionya sangat kecil sekali, mungkin 1:10.000.
10. Menaikkan harga berdasarkan jenis kelamin pelanggan
Fakta menunjukkan harga barang kebutuhan untuk perempuan 7 persen lebih mahal dibandingkan yang untuk laki-laki. Padahal selisih harga itu hanya karena beda warnanya saja.
Fenomena ini dikenal dengan nama pink tax dan karena ada pendapat bahwa perempuan adalah pelanggan yang terbaik.
Barang-barang yang masuk pink tax ini adalah shampoo, alat cukur, dan kebutuhan bayi.
11. Memanipulasi keterangan tentang produk
Pakar pemasaran sering memanipulasi istilah saat menulis deskripsi untuk produk makanan. Misalnya, keripik kentang yang sebenarnya bukan keripik kentang asli, karena kandungan kentangnya hanya 42 persen dan bentuk irisannya yang tidak wajar.
Hal yang sama berlaku untuk produk keju, terutama dalam bentuk lembaran yang dikemas terpisah. Kandungan keju sebenarnya dari produk seperti ini kurang dari 51 persen.
Karena itu produsen harus memberi label produk turunan keju, meskipun dalam huruf kecil yang ditulis di suatu tempat yang jauh dari merek yang berisi kata keju.
Banyak Tak Disadari Orang, 11 Trik Dagang yang Dirahasiakan dari Pelanggan Ini, Wajib Tahu!
4/
5
Oleh
sams